Pusat Info Musik Indonesia

Musik | Free Download Mp3 | Rock Klasik | Info Band | Info Musik | Info Mp3 | Musik Rock Klasik Indonesia | Download Mp3
 

Biografi Nicky Astria (Bagian 1)

Tanggal : 14 November 2009

Diposting dari www.femina-online.com

Suatu hari di tahun 1974, seorang bocah perempuan kelas 3 SD menangis meraung-raung keras sekali di suatu daerah wisata di Bangkok, Thailand. Putri Kepala Sekolah Indonesia di Malaysia itu ngotot minta dibelikan boneka yang sangat besar dan tinggi seperti yang baru saja dibeli salah seorang teman mainnya. Meski sudah dibujuk-bujuk oleh ayahnya, bocah itu terus meronta-ronta, dan malah makin meningkatkan ‘power’ tangisnya. Begitu dahsyat lengkingannya, sehingga beberapa orang di dekatnya terpaksa menutup kuping. Di pihak lain, sang ayah bersikukuh tidak mau mengabulkan permintaan gadis kecilnya itu. Akhirnya, karena tak mau mengganggu orang lain, sang ayah membawa bocah yang tengah menjerit-jerit itu pulang kembali ke cottage. Setelah meninggalkan makanan dan minuman, sang ayah mengunci si bocah di dalam cottage dan bergabung kembali ke rombongannya, para staf pengajar Sekolah Indonesia di Malaysia berikut keluarga masing-masing. Ketika sore hari ia kembali ke cottage, bocah perempuan cengeng itu didapati sudah tertidur pulas karena kecapaian menangis. Setelah terbangun bocah itu langsung dipeluk dengan mesra oleh sang ayah. “Kamu tahu tidak, kenapa Daddy tidak mengizinkan kamu membeli boneka itu?” tanya ayahnya. Gadis kecil itu menggeleng dengan sikap malas-malasan. Ayahnya melanjutkan, “Kamu boleh minta apa saja, tapi jangan meniru orang lain!” Kini, gadis kecil itu sudah menjadi ibu dari dua anak perempuan, yaitu Zana Zhobita Arethusa atau Obiet (12) dan Hana Amedia atau Oniel (7). Dialah Nicky Nastiti Karya Dewi atau lebih dikenal dengan nama Nicky Astria.

Nicky mengaku, selama hidup baru kali itulah sekali-kalinya ia dimarahi dan mendapat perlakuan sangat keras dari ayahnya. Sebagai satu-satunya anak perempuan (keempat dari lima bersaudara) dari pasangan Tatang Kosasih Wirahadimana dan Andrina Heryati, sejak kecil Nicky memang sangat manja dan diistimewakan oleh ayahnya. Dia tidak pernah dimarahi, apalagi dipukul.
Meski berbuat kesalahan, mojang Bandung kelahiran 18 Oktober 1967 ini tidak pernah disalahkan. Setiap kali berantem dengan kakak maupun adiknya, Nicky tetap saja dibenarkan dan dibela oleh ayahnya, yang berprofesi sebagai guru sekaligus salah seorang perintis berdirinya SMP Negeri XI Bandung. “Kalau Daddy pulang dan melihat mata saya sembap, maka orang seisi rumah, baik Mama, adik, maupun kakak-kakak, pasti akan langsung dimarahi,” kenang Nicky.

Dicky Nugraha Karya Budi, kakak sulung Nicky, bisa memaklumi perlakuan itu. “Karena Nicky satu-satunya anak perempuan, dia agak diistimewakan oleh Papa dibanding yang lain. Sikap Papa seperti itu tidak membuat anak-anaknya yang lain menjadi iri, karena Papa juga sangat memanjakan kami semua. Hingga saat ini hubungan kami sesama saudara memang sangat dekat,” tutur Dicky.
Nicky mengakui, ia memang lebih dekat dengan ayahnya ketimbang dengan ibunya. Bercerita tentang sang ayah, banyak kenangan manis yang tidak bakal terlupakan olehnya. Setiap hari ayahnya selalu memeluk dan mengelusnya, disertai ucapan-ucapan yang lembut. Hampir semua keinginannya selalu dipenuhi. Kalau pas tidak bisa memenuhi keinginan putrinya, sang ayah akan merayu dan membujuknya sedemikian rupa.

Suatu hari, ketika duduk di SMP, Nicky pernah merajuk kepada ayahnya agar dibelikan sepeda motor bebek. “Dad, sekolahku sekarang kan lumayan jauh, dan semua temanku juga naik motor. Aku juga dibelikan motor, dong, Dad...,” rayu Nicky. Seperti biasa, ayahnya memeluk dan mengelus rambut putrinya. Dengan sikap kebapakan, ayahnya menjawab dengan penuh humor, “Karena Daddy belum punya uang, bagaimana kalau kita beli bebeknya dulu, dan sepeda motornya belakangan?” Alhasil, Nicky malah tertawa terbahak-bahak dan melupakan permintaannya.
Dalam kesempatan lain, ayahnya mengajak Nicky berhumor di meja makan. Saat itu ibu Nicky tengah meneruskan kuliah di akademi seni tari, sehingga terkadang tidak sempat memasak. Padahal, sang ayah tidak mau makan, kalau bukan masakan istrinya. Suatu hari di meja makan hanya tersedia nasi dan sayur angin lompong (sayur pelepah pohon lumbu yang diberi santan).Menyadari putrinya tidak berselera melihat lauk itu, sang ayah lantas mengajak putrinya berkhayal. “Sekarang ini Daddy sedang membayangkan jadi tukang becak yang sudah dua hari tidak makan nasi. Nah, coba kamu bayangkan, dalam kondisi capek dan perut sangat lapar, sayur ini terasa seperti daging ayam kampung. Hmmm… nikmatnya!“ Bagaikan tersihir, Nicky yang semula ogah-ogahan, akhirnya malah ikut lahap menyantap makan siangnya.

Nicky kecil juga sangat tomboy. Ia lebih suka bermain dengan teman laki-laki. Jenis-jenis permainan yang ia sukai juga sangat laki-laki, misalnya main layang-layang, kelereng, petak umpet, bahkan sepak bola.

Tahun 1972, Tatang Kosasih diangkat menjadi Kepala Sekolah Indonesia di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia. Nicky yang saat itu baru berusia lima tahun, bersama ibu dan keempat saudaranya (Dicky, Yacky Prayadna Karya Bakti, Bucky Wibawa Karya Guna, dan Sacky Santosa Karya Satya), ikut menetap di negeri jiran itu. Dari segi usia, belum saatnya ia masuk SD, tapi karena di Sekolah Indonesia tidak ada taman kanak-kanak, dan karena dianggap sudah mampu, ia pun dibolehkan masuk SD. Dan, sejak pindah ke Malaysia itu pula, Nicky mengubah panggilannya kepada ayahnya. Dari Papa menjadi Daddy, meniru teman-temannya di sekolah dan di tempat main.

Pindah ke Malaysia, pada awalnya Nicky agak kesulitan berkomuni-kasi dengan teman-temannya yang menggunakan bahasa Indone-sia. Pasalnya, selama di Bandung

“Benar, angkanya genap. Tapi, nama angkanya berapa?” tanya gurunya lagi.

“Ya, genep!”

“Betul, hasilnya genap, tapi berapa?”

Karena jengkel dicecar terus-menerus, Nicky pun lari keluar kelas sambil menangis. Ia langsung menuju ke ruang kerja ayahnya. “Dad, tiga ditambah tiga sama dengan genep, ‘kan?”

“Genep itu bahasa Sunda. Bahasa Indonesia-nya enam, Neng,” jawab sang ayah, sembari mengusap air mata putrinya.

Nicky mengakui, semasa kecil ia memang sangat cengeng, sedikit-sedikit menangis. “Kalau menangis lama dan kalau marah suka berteriak-teriak keras sekali,” kenang Dicky. “Karena cengeng itulah, ia sering digoda oleh kakak-kakaknya. Karena matanya sipit, ia suka diledek seperti orang Cina. Karena itu, kami lantas memanggilnya Ona, singkatan dari ‘orang Cina’.”

Meski demikian, ia disayang banyak guru. Salah satunya adalah guru keseniannya, Suhaimi Nasution. Selain senang melihat sikap pede Nicky, Suhaimi merasakan adanya talenta seni suara pada muridnya yang satu ini. Itu sebabnya, beberapa bulan menjelang acara HUT Kemerdekaan RI tahun 1975, Suhaimi menghadap ayah Nicky, meminta izin untuk mengikutkan Nicky dalam tim paduan suara.

“Memangnya anak saya bisa nyanyi? Di rumah, dia itu cengeng sekali, kerjaannya nangis melulu,” kata ayah Nicky, yang malah terheran-heran.

“Betul, Pak. Putri Bapak suaranya bagus.”

Sejak itu, Nicky bersama teman-temannya dilatih menyanyi oleh Suhaimi. Selain itu, di rumah ia terus berlatih sendiri. Saat acara tujuh belasan itu digelar di Gedung Kedutaan RI di Kuala Lumpur, Nicky pun naik panggung untuk pertama kalinya. Bocah yang sebelumnya dikenal sangat manja dan cengeng ini, malam itu mampu membawakan lagu Ibu (biasa dinyanyikan oleh Rano Karno) dengan bagus sekali. “Ibu saya sampai menangis. Selama ini Mama tahunya saya cuma anak manja dan cengeng. Mama tidak mengira bahwa ternyata saya juga bisa menyanyi, di depan para tamu terhormat pula,” kenang Nicky.

Sejak menyadari putrinya ternyata punya bakat menyanyi, sang ayah lantas banyak melibatkan putrinya itu dalam berbagai kegiatan. Nicky juga sering diikutkan dalam kegiatan Kedutaan Indonesia

keluarganya selalu berkomunikasi dalam bahasa Sunda. Karenanya, Nicky sering kali tertawa sendiri kalau mengingat kembali saat awal-awal ia bersekolah di Malaysia. Misalnya, saat gurunya bertanya, “Nicky, tiga tambah tiga sama dengan berapa?”, Nicky pun menjawab lantang, “Genep!” menyambut perayaan-perayaan hari nasional maupun internasional. Selanjutnya, Nicky bahkan diminta untuk menyanyi dalam acara anak-anak di TV Malaysia.

Bersambung .......

0 komentar: